BAB I
Pendahuluan
A. Latar
Belakang
Pembelajaran merupakan suatu proses
komunikasi. Komunikasi adalah proses pengiriman informasi dari satu pihak
kepada pihak lain untuk tujuan tertentu. Komunikasi dikatakan efektif apabila komunikasi yang
terjadi menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu dengan munculnya feedback
dari pihak penerima pesan.
Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh
efektif tidaknya komunikasi yang terjadi di dalamnya. Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses
transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada
peserta didik, dimana peserta didik mampu memahami maksud pesan sesuai dengan
tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Pengajar
adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi
yang efektif dalam pembelajaran, sehingga dosen sebagai pengajar dituntut
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses
pembelajaran yang efektif.
Oleh karena itu dalam makalah ini
kami akan memaparkan makalah dengan judul “Bentuk-bentuk komunikasi dan
interaksi dalam pendidikan.”
B. Rumusan
Masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan komunikasi ?
2. Apa yang
dimaksud dengan interaksi ?
3. Jelaskan
bentuk-bentuk komunikasi !
4. Jelaskan
apa yang dimaksud dengan interaksi dalam pendidikan !
C. Metode
Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini kami
mengadakan studi pustaka di Perpustakaan Umum DKI Jakarta di Nyi Ageng Serang
dan SMA Negeri 76 Jakarta di Cakung, Jakarta Timur.
BAB II
Isi Pembahasan
A.
Pengertian Komunikasi
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan
atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami.[1]
Banyak pendapat dari berbagai pakar
mengenai definisi komunikasi, namun jika diperhatikan dengan seksama dari
berbagai pendapat tersebut mempunyai maksud yang hampir sama. Menurut Hardjana,
sebagaimana dikutip oleh Endang Lestari G (2003) secara etimologis komunikasi
berasal dari bahasa Latin yaitu cum, sebuah kata depan yang artinya
dengan, atau bersama dengan, dan kata umus, sebuah kata bilangan yang
berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda communio, yang dalam
bahasa Inggris disebut communion, yang mempunyai makna kebersamaan,
persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, atau hubungan. Karena untuk ber-communio
diperlukan adanya usaha dan kerja, maka kata communion dibuat kata kerja
communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, tukar
menukar, membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu kepada
seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, atau berteman. Dengan
demikian, komunikasi mempunyai makna pemberitahuan, pembicaraan, percakapan,
pertukaran pikiran atau hubungan.[2]
Evertt M. Rogers mendefinisikan
komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat suatu gagasan yang
dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah perilakunya.
Pendapat senada dikemukakan oleh Theodore Herbert, yang mengatakan bahwa
komunikasi merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan
dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai
beberapa tujuan khusus. Selain definisi yang telah disebutkan di atas, pemikir
komunikasi yang cukup terkenal yaitu Wilbur Schramm memiliki pengertian yang
sedikit lebih detil. Menurutnya, komunikasi merupakan tindakan melaksanakan
kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan; pengirim dan
penerima memiliki beberapa pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan
simbol yang dikirim oleh pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh
penerima.(Suranto : 2005)[3]
B.
Bentuk-bentuk Komunikasi
A. Komunikasi intrapesonal
Komunikasi intrapersonal merupakan
komunikasi dengan diri sendiri dengan tujuan untuk berfikir,melakukan
penalaran,menganalisis dan merenung. (Devito 1997:57) Demikian
menurut Effendy (1993:57) tentang pengertian komunikasi intrapersonal
atau komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung dalam
diri seseorang.orang itu berperan baik sebagai komunikator maupun sebagai
komunikan.[4]
B.Komunikasi Antarpersonal
Komunikasi antarpersonal adalah
proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara
sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik
seketika.[5]
(Joseph A.Devito,1989:4)
C. Komunikasi kelompok
1.komunikasi dalam kelompok besar
Komunikasi dalam kelompok besar (large group,massa atau
macro group)
Tidaklah selalu sama dengan
komunikasi dalam kelompok kecil meskipun setiap kelompok besar pasti
terdiri atas beberapa kelompok kecil.hal ini antara lain dikarenakan beberapa
hal sebagai berikut :
Komunikasi dalam kelompok besar jumlahnya yang besar (ratusan atau ribuan
orang) di mana dalam suatu situasi komunikasi yang sedang berlangsung hampir
tidak terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal dan personal
karna sedikit sekali kemungkinannya bagi komunikator untuk bertannya jawab.
Situasi
dialogis hampir tidak ada
Sebaiknya pembicara senantiasa perlu lebih fokus dalam arah
pembicaraannya sehingga pendengar akan dapat mudah mencerna pesan pembicara. (Joseph
A.Devito (1997:305)
2. Komunikasi kelompok kecil.
Komunikasi kelompok kecil adalah
sekumpulan perorangan yang relative kecil yang masing-masing dihubungkan oleh
beberapa tujuan yang sama dan mempunyai derajat organisasi tertentu diantara
mereka.
Contoh :
komunikasi antar manager dengan sekumpulan karyawan
D. Komunikasi
massa
Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi secara institusional dan
teknologis dari sebagian besar aliran pesan yang dimiliki bersama secara
berkelanjutan dalam masyarakat-masyarakat industrial (Heru Puji Winarso, 2005:20)
Komunikasi adalah interaksi yang dapat memberikan pemahaman. Dalam sebuah
komunikasi ada proses dan usaha untuk memahami dan dipahami. Apabila kita
bicara, tetapi belum dipahami oleh orang yang diajak bicara, maka dikatakan
belum berkomunikasi. Itulah hakekat dari komunikasi.[6]
Dalam komunikasi terjadi interaksi dua arah, antara yang berbicara dan
yang diajak bicara. Dalam dunia pendidikan, komunikasi dilakukan oleh guru
dengan murid. Untuk menciptakan komunikasi yang efektif maka berusahalah untuk
menghindari salah persepsi.
Ada
tiga hal yang perlu dalam berkomunikasi. Ketiga hal ini merupakan rangkaian
yang tak terpisahkan, yaitu :
a. Maksud yang hendak dikomunikasikan
Setiap
kali guru hendak berkomunikasi, tentunya ada maksud tertentu. Apakah itu dalam bentk
memberikan pengakuan, bimbingan, maupun perbaikan. Tentunya itu semua
adalah untuk kepentingan anak didik
dengan komunikasi itu terjadi perubahan ke arah yang lebih baik.
b. Cara mengomunikasikan
Meskipun
mempunyai maksud yang baik, belum tentu komunikasi itu mampu mempengaruhi anak.
Cara mengkomunikasikan masalah sangat menentukan kualitas komunikasi dan hasil
yang diharapkan. Kadang-kadang maksud yang baik tetapi caranya kurang baik,
maka diterima kurang baik. Sebaiknya, komunikasi dilakukan dengan cara yang
baik.
c. Maksud bisa diterima
Bila cara
komunikasi yang dilakukan oleh guru tepat, maka maksud yang hendak
dikomunikasikan akan dapat diterima. Sebaiknya, bila cara mengomunikasikan
informasi tidak tepat, maka informasi tidak sampai pada anak.[7]
Komunikasi
memegang peranan yang amat penting bagi kesuksesan seorang guru. Guru yang
sukses mampu melakukan komunikasi yang efektif. Hampir setiap saat guru
berkomunikasi dengan guru, teman, maupun orang tua. Komunikasi dengan siswa
akan berbeda dengan sesama guru, dan orang tua.
Adapun
beberapa hal yang perlu diketahui ketika berkomunikasi dengan siswa. Komunikasi
tidak selalu dengan bahasa verbal, bisa juga dilakukan dengan menggunakan
bahasa nonverbal, yaitu bahasa tubuh, diantaranya :
a. Ekspresi wajah
b. Tatapan mata
c. Gerak tubuh
d. Intonasi atau nada suara
Komunikasi yang efektif dalam proses
pembelajaran sangat berdampak terhadap keberhasilan pencapaian tujuan. Komunikasi
dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator
dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan
kedua pelaku komunikasi tersebut. Jika dalam
pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif antara pengajar dengan mahasiswa,
maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil. Sehubungan dengan
hal tersebut, maka para pengajar, pendidik, atau instruktur pada
lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan harus memiliki kemampuan komunikasi
yang baik. Kemampuan komunikasi yang dimaksud dapat berupa kemampuan memahami
dan mendesain informasi, memilih dan menggunakan saluran atau media, serta
kemampuan komunikasi antar pribadi dalam proses pembelajaran.
C.
Interaksi Dalam Pendidikan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
dijelaskan bahwa interaksi adalah hal saling melakukan aksi, berhubungan,
mempengaruhi, antar hubungan.[8]
Pada masa belajar otomatis
terjadi interaksi antara murid dan guru, antara guru dan murid, serta murid
dengan teman-temannya. Pola pergaulan yang baik sangat penting artinya bagi
proses pendidikan seorang anak didik.
Guru sebagai tenaga profesional di bidang
pendidikan,disamping memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan
konseptual,juga harus mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis.
Hal-hal yang bersifat teknis ini,terutama kegiatan mengelola dan melaksanakan
interaksi belajar mengajar. Dalam proses pendidikan sering kita jumpai
kegagalan-kegagalan,hal ini biasanya dikarenakan lemahnya sistem komunikasi. Untuk
itu,pendidik perlu mengembangkan pola komunikasi efektif dalam proses belajar
mengajar.Komunikasi pendidikan yang penulis maksudkan disini adalah hubungan
atau interaksi antara pendidik dengan peserta didik pada saat proses belajar
mengajar berlangsung,atau dengan istilah lain yaitu hubungan aktif antara
pendidik dengan peserta didik.
Namun, interaksi dalam kegiatan pembelajaran menjadi
kurang maksimal ketika kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru yang menjadi
sumber informasi utama. Khususnya di dalam proses pembelajaran, interaksi
antara guru dan anak didik sangatlah penting sebab kondisi anak didik yang
beragam, kemampuan anak didik yang beragam. Jika guru hanya terfokus pada
kegiatannya sendiri, maka akan terjadi blank (kekosongan) pada anak
didik. Untuk itu, antara guru dan anak didik harus selalu
berinteraksi, tidak hanya guru yang aktif melainkan anak didik juga harus
aktif. Misalkan, jika anak didik merasa tidak mengerti materi pelajaran, maka
seharusnya mereka mengatakannya pada guru sehingga guru mengerti bahwa ada anak
didiknya yang belum mengerti dan guru dapat menjelaskan materi yang ia bawakan
kembali. Ini adalah salah satu bentuk interaksi antar siswa guru.
Kurikulum saat ini seolah menuntut guru untuk
menyelesaikan materi sesuai jadwal pendidikan yang terperinci dalam silabus
seolah tanpa memerhatikan keadaan siswa. Sehingga sangat dilematis sekali jika
harus mengajar terus-menerus. Tidak hanya itu, guru juga menjadi dilemma dalam
menentukan cara yang baik untuk mengajar.. Mengaktifkan hubungan timbal
balik atau interaksi antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi
berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peritiwa belajar
mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru
dengan siswa, tetapi berupa interaktif edukatif agar tujuan pembelajaran
tercapai.[9]
Interaksi pembelajaran harus diciptakan sedemikian
rupa sehingga anak didik bisa tertarik dan menyenangkan untuk belajar. Model
pembelajaran juga harus tepat disesuaikan dengan materi dan tidak monoton.
Keadaan seperti ini akan mengarah pada pencapaian hasil pembelajaran yang efektif.
Sayangnya, kenyataan demikian terlihat bahwa pada saat penyajian materi guru
lebih dominan di dalam kelas dengan menerapkan model pembelajaran langsung yang
dikombinasikan dengan beberapa metode yaitu ceramah, diskusi, tugas dan tanya
jawab. Akan tetapi metode pembelajaran langsung ini tidak secara keseluruhan
dapat menarik minat, motivasi dan antusias siswa untuk belajar matematika.
Suasana demikian cenderung membuat siswa diam dan pasif ditempat duduk
mendengar dan menerima materi dari guru. Jika mengalami kesulitan dalam proses
pembelajaran, siswa pada umumnya malu dan takut untuk bertanya kepada guru
apalagi siswa yang berkemampuan rendah mereka cenderung diam dan enggan dalam
mengemukakan pertanyaan atau pendapat. Hal ini secara langsung melumpuhkan
interaksi yang seharusnya terjadi.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Pembelajaran
sebagai subset dari proses pendidikan harus mampu memberikan kontribusi
terhadap peningkatan kualitas pendidikan, yang pada ujungnya akan berpengaruh
terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Agar pembelajaran dapat
mendukung peningkatan mutu pendidikan, maka dalam proses pembelajaran harus
terjadi komunikasi yang efektif, yang mampu memberikan kefahaman mendalam
kepada peserta didik atas pesan atau materi belajar.
Komunikasi
efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu
pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada peserta didik, dimana peserta
didik mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan,
sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan
perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Pengajar adalah pihak yang paling
bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam
pembelajaran, sehingga dosen sebagai pengajar dituntut memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif.
Pada dasarnya kegiatan
pembelajaran itu sendiri merupakan proses interaksi antara guru dan siswa.
Salah satu hal yang memegang peranan penting bagi keberhasilan pembelajaran
adalah proses pelaksanaannya. Pengajaran berintikan interaksi antar guru dengan
siswa atau sebaliknya antara siswa dengan guru dalam proses belajar mengajar.
Proses interaksi ini, guru melakukan kegiatan mengajar dan siswa belajar.
Kegiatan mengajar dan belajar ini, bukan merupakan dua hal yang terpisah tetapi
bersatu, dua hal yang menyatukannya adalah interaksi tersebut.
Daftar Pustaka
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta :
Pusat Bahasa, 2002.
Lestari G, Komunikasi yang Efektif, Jakarta : Lembaga
Administrasi Negara, 2003.
Suranto, Komunikasi Perkantoran, Yogyakarta
: Media Wacana, 2005.
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi ; Teori dan Praktek,
Bandung : Remaja Rosdakarya, 1993.
Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, JP Books :
Surabaya, 2010, 152.
http://www.masbied.com/2012/12/14/interaksi-dalam-pembelajaran-melalui-model-pembelajaran-kooperatif/#more-12355
[1] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta
: Pusat Bahasa, 2002, 584.
[3]
Suranto, Komunikasi
Perkantoran, Yogyakarta : Media Wacana, 2005, 30.
[4] Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi ; Teori dan Praktek,
Bandung : Remaja Rosdakarya, 1993, 57.
[5] Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi ; Teori dan Praktek,
59-60.
[6] Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, JP Books :
Surabaya, 2010, 152.
[7] Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, 152.
[8] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta
: Pusat Bahasa, 2002, 438.
[9] http://www.masbied.com/2012/12/14/interaksi-dalam-pembelajaran-melalui-model-pembelajaran-kooperatif/#more-12355
0 komentar:
Posting Komentar