Selasa, 09 April 2013

Makalah tentang Filsafat Pra Socrates



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia senantiasa terkagum atas apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatasannya. Dalam situsi itu banyak yang berpaling kepada agama atau kepercayaan ilahiah.
            Tetapi sudah sejak awal sejarah, ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak menahan manusia menggunakan akal budi dan pikirannya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses  mencari tahu itu menghasilkan kesadaran, yang disebut pencerahan. Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat dipertanggungjawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan.
            Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang ini kita sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lain sebagainya. Umat manusia lebih dulu memifikrkan dengan bertanya tentang berbagai hakikat apa yang mereka lihat. Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah jawaban filsafati.
            Kegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia. Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran.
            Meski bagaimanapun banyaknya gambaran yang kita dapatkan tentang filsafat, sebenarnya masih sulit untuk mendefinisikan secara konkret apa itu filsafat dan apa kriteria suatu pemikiran hingga kita bisa memvonisnya,karena filsafat bukanlah sebuah disiplin ilmu. Sebagaimana definisinya, sejarah dan perkembangan filsafat pun takkan pernah habis untuk dikupas. Tapi justru itulah mengapa filsafat begitu layak untuk dikaji demi mencari serta memaknai segala esensi kehidupan.
            Di dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai perkembangan filsafat yaitu Filsafat Yunani Kuno Pra Socrates.
B.     Tujuan
1.      Mengetahui tokoh-tokoh filosof Pra Socrates.
2.      Memahami pola pemikiran filsafat Pra Socrates.
3.      Mengetahui perkembangan pemikiran filsafat Yunani kuno Pra Socrates.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Filsafat Yunani Kuno
            Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan, bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai suatu kebenaran yang bersumber pda mitos atau dongeng-dongeng. Artinya, suatu kebenaran lewat akal pikir (logos) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber pada mitos (dongeng-dongeng).
            Setelah pada abad ke -6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan pertanyaan tentang misteri alam semesta ini jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi.
            Periode Yunani Kuno lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, di mana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati di sekitarnya mereka membuat pernyataan-pernyataan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos. Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang berubah.[1]
            Ciri umum filsafat Yunani ialah rasionalisme. Rasionalisme Yunani itu mencapai puncaknya pada orang-orang sofis. Untuk melihat rasionalisme sofis perlu dipahami lebih dulu latar belakangnya. Latar belakang itu terletak pada pemikiran filsafat yang ada sebelumnya.[2]
B.     Filsafat Pra Socrates
            Filsafat Pra Socrates adalah filsafat yang dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu baik di dunia maupun manusia, para pemikir atau ahli filsafat yang disebut orang bijak yang mencari-cari jawabannya sebagai akibat terjadinya alam semesta beserta isinya tersebut.
            Pemikiran filusuf inilah yang memberikan asal muasal segala sesuatu baik di dunia maupun manusia yang menyebabkan akal manusia tidak puas dengan keterangan dongeng tersebut, dengan dimulai oleh akal manusia untuk mencari-cari dengan akalnya dari mana asal alam semesta yang menakjubkan itu.
            Filsafat Pra Socrates dapat dikatakan bahwa mereka adalah filsafat alam artinya para ahli pikir yang menjadikan alam yang luas dan penuh keselarasan yang menjadi sasaran para ahli filsafat tersebut, atau objek pemikirannya adalah alam semesta. Tujuan filosofi mereka dalam memikirkan soal alam besar darimana terjadinya alam itulah yang menjadi sentral persoalan bagi mereka, pemikiran yang demikian itu merupakan pemikiran yang sangat maju, rasional dan radikal. Sebab pada waktu itu kebanyakan orang menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang dapat ditangkap dengan indranya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Sedang di lain pihak orang cukup puas menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang.
            Filosuf yang hidup pada masa pra Socrates disebut para filosuf alam karena objek yang mereka jadikan pokok persoalan adalah alam. Yang dimaksud dengan alam (fusis) adalah kenyataan hidup dan kenyataan badaniah. Jadi, perhatian mereka mengarah kepada apa yang dapat diamati.[3]
Ada beberapa filosof pada masa ini yaitu :
1.      Thales
            Jawaban pertama berasal dari Thales, filosof pertama yang hidup  pada abad ke-6 sebelum masehi. Thales adalah seorang saudagar yang sering berlayar ke Mesir. Ia menemukan ilmu ukur dari Mesir dan membawanya ke Yunani. Ia juga dikenal sebagai seorang yang ahli dalam bidang astronomi dan metafisika.
            Thales memberikan jawaban bahwa segala sesuatu berasal dari air, ia juga menyatakan bahwa bumi ini berasal dari air. Air adalah pusat dan sumber segala yang ada atau pokok dari segala sesuatu. Segala sesuatu berasal dari air dan kembali ke air. Dari air itu terjadilah tumbuh-tumbuhan dan binatang, bahkan tanah pun mengandung air. Arguman Thales merupakan argument yang bukan hanya rasional, tetapi juga observatif.
            Pandangan Thales merupakan cara berpikir yang sangat tinggi, karena sebelumnya, orang-orang Yunani lebih banyak mengambil jawaban-jawaban tentang alam dengan kepercayaan dan mitos-mitos yang dipenuhi dengan ketakhayulan. Thales telah membuka alam pikiran dan keyakinan tentang alam dan asal muasalnya, tanpa menunggu dalil-dalil yang agamis. Baginya di awal air dan di akhir air, dengan perkataan filosof, air adalah substansi (isi) dan substrat (bingkai).
            Dalam pandangan Thales, animisme ialah kepercayaan bahwa bukan saja barang yang hidup mempunyai jiwa, tetapi juga benda mati. Kepercayaan ke sana diperkuat oleh pengalamanya pula. Besi dan batu yang di gosok sampai panas menarik barang yang dekat padanya. Ini dipandangnya mempunyai kodrat tanda jiwa.
            Sungguhpun demikian, Thales terbilang Bapak Filosofi Yunani, sebab dialah, filosof pertama, yang tak pernah meninggalkan pelajaran yang dituliskannya sendiri, filosofinya diajarkan dengan lisannya dan dikembangkan oleh murid-muridnya yang kemudian ditulis oleh Aristoteles. Dengan jalan pikirnya, Thales mendapat keputusan tentang soal besar yang senantiasa mengikat perhatian.
2.      Anaximandros
            Anaximandros adalah salah satu murid Thales. Ia adalah orang pertama yang mengarang suatu traktat dalam kesusateraaan Yunani, dan berjasa dalam bidang astronomi dan geografi. Sehingga ia orang pertama yang membuat peta bumi. Meskipun ia murid Thales namun ia mempunyai prinsip dasar alam satu akan tetapi bukanlah dari jenis benda alam seperti air sebagaimana yang dikatakan oleh gurunya
            Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang oleh dia disebut Apeiron yaitu zat yang tak terhingga dan tak terbatas dan tidak dapat dirupakan tidak ada persamaannnya dengan apapun. Meskipun tentang teori asal kejadian alam tidak begitu jelas namun dia adalah seorang yang cakap dan cerdas. Pendapatnya yang lain, bumi seperti silinder, lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya. Sedangkan bumi tidak terletak atau bersandar pada sesuatu pun.[4]
3.      Anaximenes
            Anaximenes berpendapat bahwa udara merupakan asal usul segala sesuatu. Udara melahirkan semua benda dalam alam semesta ini karena suatu proses pemadatan dan pengeceran, kalau udara semakin bertambah maka muncullah berturut-turut angin, air, tanah dan akhirnya batu. Sebaliknya kalau udara itu menjadi encer yang timbul adalah api.
            Pandangan Anaximenes tentang susunan jagat raya merupakan kebalikan dibandingkan dengan Anaximandros. Menurut Anaximenes bumi yang berupa meja bundar katanya melayang di atas udara. Demikian pun matahari, bulan dan bintang. Badan-badan jasad raya itu tidak terbenam di bawah bumi sebagaimana yang dipikirkan Anaximandros tetapi mengelilingi bumi yang datar itu, matahari lenyap pada waktu malam tertutup di belakang bagian-bagian tinggi.[5]
4.      Pythagoras
            Mengenai riwayat hidupnya, ia dilahirkan di Pulau Samos, Ionia. Tanggal dan tahunnya tidak diketahui secara pasti. Ia juga tidak meninggalkan tulisan-tulisan sehingga apa yang diketahui tentang Pythagoras diperlukan kesaksian-kesaksian.di dalam kota kelahirannya.[6] Pythagoras mendirikan suatu tarekat beragama yang bersifat religious, mereka menghormati dewa Apollo. Menurut kepercayaan Pythagoras manusia asalnya Tuhan jiwa itu adalah penjelmaan dari Tuhan yang jatuh ke dunia karena berdosa dan dia akan kembali ke langit ke dalam lingkungan Tuhan bermula, apabila sudah habis dicuci dosanya itu, hidup di dunia ini adalah persediaan buat akhirat.
            Pythagoras juga disebut sebagai ahli pikir, terutama dalam ilmu matematik dan ilmu berhitung. Falsafah pemikirannya banyak diilhami oleh rahasia angka-angka. Dunia angka adalah dunia kepastian dan dunia ini erat hubungannya dengan dunia bentuk. Dari sini dapat dilihat kecakapannya dia dalam matematik mempengaruhi terhadap pemikiran filsafatnya sehingga pada segala keadaan ia melihat dari angka-angka dan merupakan paduan dari unsur angka.
5.      Heraclitos
            Ia lahir di Ephesus, sebuah kota perantauan di Asia Kecil, dan merupakan kawan dari Pythagoras, akan tetapi lebih tua. Ia mendapat julukan si gelap, karena untuk menelusuri gerak pikirannya sangat sulit. Hanya dengan melihat fragmen-fragmennya, ia mempunyai kesan berhati tinggi dan sombong, sehingga ia mudah mencela kebanyakan manusia untuk mengatakan jahat dan bodoh, juga mencela orang-orang terkemuka di negeri Yunani. Pemikiran filsafatnya yang terkenal dengan filsafat menjadi.[7]
            Heraclitos mengemukakan pendapatnya, bahwa segala yang ada selalu berubah dan sedang menjadi, ia mempercayai bahwa arche (asas yang pertama dari alam semesta) adalah api. Karena api dianggapnya sebagai lambang perubahan dan kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada, dan mengubahnya sesuatu itu menjadi abu dan asap. Walaupun sesuatu itu apabila dibakar menjadi abu dan asap, toh adanya api tetap ada. Segala sesuatunya berasal dari api, dan akan kembali menjadi api.[8] Pernyataan itu mengandung pengertian bahwa kebenaran selalu berubah, tidak tetap. Pengertian adil pada hari ini belum tentu masih benar besok. Hari ini 2 x 2 = 4 besok dapat saja bukan empat. Pandangan ini merupakan warna dasar filsafat sofisme.[9]
6.      Parmenides
            Ia lahir di kota Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan. Kebesarannya sama dengan kebesaran Heracleitos. Dialah yang pertama kali memikirkan hakikat tentang ada (being).[10] Parmenides adalah seorang tokoh relativisme yang penting. Parmenides dikatakan sebagai logikawan pertama dalam pengertian modern. Sistemnya secara keseluruhan didasarkan pada dedukasi logis, tidak seperti Heraclitus, misalnya yang menggunakan metode instuisi. Plato amat menghargai metode parmenides itu, dan Plato lebih banyak mengambil dari Parmenides dibandingkan dengan filosof lain pendahulunya.
            Menurut pendapatnya, apa yang disebut sebagai realitas adalah bukan gerak dan perubahan. Hal ini berbeda dengan pendapat Heracleitos, yaitu bahwa realitas adalah gerak dan perubahan. Jadi benar tidaknya suatu pendapat diukur dengan logika. Disinilah masalah muncul. Bentuk ekstrem penyataan itu ialah bahwa ukuran kebenaran adalah akal manusia.[11]
C. Aliran-Aliran Filsafat Pra Socrates
a.      Aliran Miletos/Madzhab Milesian
Aliran ini disebut Aliran Miletos karena tokoh-tokohnya merupakan warga asli Miletos, di Asia Kecil, yang merupakan sebuah kota niaga yang maju. Berikut beberapa tokoh yang termasuk kedalam Aliran Miletos atau dikenal pula dengan istilah Madzhab Milesian:
  1. Thales
Thales hidup sekitar 624-546 SM. Ia adalah seorang ahli ilmu termasuk ahli ilmu Astronomi. Ia berpendapat bahwa hakikat ala mini adalah air. Segala-galanya berasal dari air. Bumi sendiri merupakan bahan yang sekaligus keluar dari air dan kemudian terapung-apung di atasnya.
2.      Anaximander
Anaximander adalah murid Thales yang setia. Ia hidup sekitar 610-546 SM. Ia berpendapat bahwa hakikat dari segala seuatu yang satu itu bukan air, tapi yang satu itu adalah yang tidak terbatas dan tidak terhingga, tak berubah dan meliputi segala-galanya yang disebut “Aperion”. Aperion bukanlah materi seperti yang dikemukakan oleh Thales. Anaximander juga berpendapat bahwa dunia ini hanyalah salah satu bagian dari banyak dunia lainnya.
       3.  Anaximenes.
Anaximenes hidup sekitar 560-520 SM. Ia berpendapat bahwa hakikat segala sesuatu yang satu itu adalah udara. Jiwa adalah udara; api adalah udara yang encer; jika dipadatkan pertama-tama udara akan menjadi air, dan jika dipadatkan lagi akan menjadi tanah, dan ahirnya menjadi batu. Ia berpendapat bahwa bumi berbentuk seperti meja bundar.
b.  Aliran Pythagoras
Pythagoras lahir di Samos sekitar 580-500 SM. Ia berpendapat bahwa semesta ini tak lain adalah bilangan. Unsur bilangan merupakan prinsip unsur dari segala-galanya. Dengan kata lain, bilangan genap dan ganjil sama dengan terbatas dan tak terbatas.
1. Xenophanes
Xenophanes merupakan pengikut Aliran Pythagoras yang lahir di Kolophon, Asia Kecil, sekitar tahun 545 SM. Dalam filsafatnya ia menegaskan bahwa Tuhan bersifat kekal, tidak mempunyai permulaan dan Tuhan itu Esa bagi seluruhnya. Ke-Esaan Tuhan bagi semua merupakan sesuatu hal yang logis. Hal itu karena kenyataan menunjukkan apabila semua orang memberikan konsep ketuhanan sesuai dengan masing-masing orang, maka hasilnya akan bertentangan dan kabur. Bahkan “kuda menggambarkan Tuhan menurut konsep kuda, sapi demikian juga” kata Xenophanes. Jelas kiranya ide tentang Tuhan menurut Xenophanes adalah Esa dan bersifat universal.
2. Heraklitus (Herakleitos)
Heraklitos hidup antara tahun 560-470 SM di Italia Selatan sekawan dengan Pythagoras dan Xenophanes. Ia berpendapat bahwa asal segalanya adalah api dan api adalah lambang dari perubahan. Api yang selalu bergerak dan berubah menunjukkan bahwa tidak ada yang tetap dan tidak ada yang tenang.
C. Aliran Elea
1. Parmenides
Lahir sekitar tahun 540-475 di Italia Selatan. Ajarannya adalah kenyataan bukanlah gerak dan perubahan melainkan keseluruhan yang bersatu. Dalam pandangan Parmenides ada dua jenis pengetahuan yang disuguhkan yaitu pengetahuan inderawi dan pengetahuan rasional. Apabila dua jenis pengetahuan ini bertentangan satu sama lain maka ia memilih rasio. Dari pemikirannya itu membuka cabang ilmu baru dalam dunia filsafat yaitu penemuannya tentang metafisika sebagai cabang filsafat yang membahasa tentang yang ada.
2. Zeno
Lahir di Elea sekitar 490 SM. Ajarannya yang penting adalah pemikirannya tentang dialektika. Dialektika adalah satu cabang filsafat yang mempelajari argumentasi.
3. Melissos
Lahir di Samos tanpa diketahui secara tepat tanggal kelahirannya. Ia berpendapat bahwa “yang ada” itu tidak berhingga, maka menurut waktu maupun ruang.

D. Aliran Pluralis
1. Empedokles
Lahir di Akragas Sisislia awal abad ke-5 SM. ia menulis buah pikirannya dalam bentuk puisi. Ia mengajarkan bahwa realitas tersusun dari empat anasir yaitu api, udara, tanah, dan air.
2. Anaxagoras
Lahir di Ionia di Italia Selatan. Ia berpendapat bahwa realitas seluruhnya bukan satu tetapi banyak. Yang banyak itu tidak dijadikan, tidak berubah, dan tidak berada dalam satu ruang yang kosong. Anaxagoras menyebut yang banyak itu dengan spermata (benih).
E. Aliran Atomis
Pelopor atomisme ada dua yaitu Leukippos dan Demokritos. Ajaran aliran filsafat ini ikut berusaha memecahkan masalah yang pernah diajukan oleh aliran Elea. Aliran ini mengajukan konsep mereka dengan menyatakan bahwa realitas seluruhnya bukan satu melainkan terdiri dari banyak unsur. Dalam hal ini berbeda dengan aliran pluralisme maka aliran atomisme berpendapat bahwa yang banyak itu adalah “atom” (a = tidak, tomos = terbagi).
F. Aliran Sofis
Sofisme berasal dari kata Yunani “sophos” yang berarti cerdik atau pandai. Tokoh-tokoh kaum Sofis adalah Protagoras, Grogias, Hippias, Prodikos, dan Kritias.[12]

BAB III
PENUTUP
    KESIMPULAN
            Pada tahap filsafat Yunani kuno para filsuf Yunani mengubah orientasi pikiran manusia dari mitos menjadi logos. Thales memulai pencairan asal-usul utama (arche) alam semesta, diteruskan oleh Aniximenes dan Aniximandros, serta filsuf-filsuf lain sebelum Socrates. Filsafat yang berkembang pada masa ini disebut filsafat alam karena pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan berkisar tentang terjadinya alam semesta.
            Pada umumnya pemikiran teoritis itu memiliki kaitan yang erat dengan lingkungan tempat pemikiran itu dilakukan dan pemikiran teoritis itu permulaan lahirnya filsafat di Yunani pada abad ke 6 SM dan Yunani merupakan tempat dimana pemikiran ilmiah mulai tumbuh dan pada zaman itu lahirlah para pemikir yang mengarah dan menyebabkan filsafat itu dilahirkan.
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Ahli Filsafat Pra Socrates yaitu: Thales yang berpendapat bahwa semua berasal dari air, bumi boleh dipandang sebagai bahan yang satu kali keluar dari laut dan sekarang terapung-apung di atasnya; Anaximander menyatakan bahwa semuanya bersumber pada udara, udara merupakan sumber segala kehidupan; Heraclitus mengatakan “You can not step twice into the same river; for the fresh waters are ever flowing upon you” (engkau tidak dapat terjun ke sungai yang sama dua kali karena air sungai itu selalu mengalir); Parmanides memiliki pemikiran yang logis, rasional tetapi masih percaya pada meta fisik; Zeno menemukan dialektika, yang dimaksud dengan dialektika adalah dialog yang bertujuan untuk menemukan sintesis; Georgis sudah memiliki pemikiran yang rasional dan tidak percaya pada metafisik.









DAFTAR PUSTAKA
            Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010.
            Muzairi. Filsafat Umum. Yogyakarta: Teras, 2009.
            Sanuri, dkk. Pengantar Filsafat. Surabaya: IAIN SA PRESS, 2011.
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1, Kanisus : Yogyakarta, 1980.





[1] Muzairi, Filsafat Umum, Yogyakarta : Teras, 2009, 43.
[2] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010, 48.
[3] Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1,Kanisus : Yogyakarta, 1980, 16.

[4] Muzairi, Filsafat Umum, 46.
[6] Muzairi, Filsafat Umum, 46.
[7]  Muzairi, Filsafat Umum, 49
[8]  Muzairi, Filsafat Umum, 49
[9]  Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, 49.
[10] Muzairi, Filsafat Umum, 51.
[11] Ahmad  Tafsir, Filsafat Umum, 50.

0 komentar:

Posting Komentar